Ini adalah kisahku. Menaruh hati diam” pada seorang lelaki
taat yang selalu membuat hari” ku menjadi indah dan berwarna.
Sayangnya, sama sekali tak ada keberanian yang aku tunjukkan
untuk mengungkapkan rasa itu.
Aku selalu merasa puas dengan apa yang kulakukan. Melihatnya dari jauh dan mendoakannya selama tiga menit dalam malam panjangku.
Aku masih menyimpan rasaku diam” kepadanya. 1 tahun pertama berlalu, aku bisa melihatnya tampak semakin dewasa. Sedangkan aku masih saja takut” melihatnya.
Namun, kau tahu satu yang pasti...??? Aku masih mendoakannya dalam malam” panjangku. Tiga menit untuknya. Kubisikkan diam dan dalam.
Sungguh, ketaatannya pada agama membuatku sangat tertarik padanya. Satu lagi yang pasti, aku berharap semoga ia belum berpasangan dengan wanita manapun.
Kini, sudah tahun ketiga aku melihatnya. Tak pernah ada tegur sapa di antara kita, kecuali sapaan senyum jika saling berpapasan dan ada keperluan. Sungguh, aku selalu deg-degan setiap kali mendapatkan senyuman yang kurasa maut itu.
Hingga, ia datang dengan wajah berseri, menyampaikan satu niatan besar dalam hidupnya.
Aku selalu merasa puas dengan apa yang kulakukan. Melihatnya dari jauh dan mendoakannya selama tiga menit dalam malam panjangku.
Aku masih menyimpan rasaku diam” kepadanya. 1 tahun pertama berlalu, aku bisa melihatnya tampak semakin dewasa. Sedangkan aku masih saja takut” melihatnya.
Namun, kau tahu satu yang pasti...??? Aku masih mendoakannya dalam malam” panjangku. Tiga menit untuknya. Kubisikkan diam dan dalam.
Sungguh, ketaatannya pada agama membuatku sangat tertarik padanya. Satu lagi yang pasti, aku berharap semoga ia belum berpasangan dengan wanita manapun.
Kini, sudah tahun ketiga aku melihatnya. Tak pernah ada tegur sapa di antara kita, kecuali sapaan senyum jika saling berpapasan dan ada keperluan. Sungguh, aku selalu deg-degan setiap kali mendapatkan senyuman yang kurasa maut itu.
Hingga, ia datang dengan wajah berseri, menyampaikan satu niatan besar dalam hidupnya.
Saat itu, usai sholat dhuhur, aku tengah melipat mukena, tak
menyadari kehadirannya sama sekali.
‘‘Aku ingin kau menjadi makmumku...!!!’’ (kata pria idaman ku.)
Bengong. Ya, ekspresiku saat itu hanya bengong, kaget, campur tak percaya. Kau tahu betapa menegangkannya dilamar dalam keadaan tak siap. Lalu, sejurus kemudian ia mengangguk mantap seraya tersenyum lebar.
‘‘Aku percaya dan yakin, kau bisa menjadi ibu dari anak”ku kelak...!!!’’ (sambungnya.)
Sejenak aku tak bisa menjawab pertanyaannya, aku hanya bisa terdiam. Didalam hatiku, aku hanya mengucap rasa syukur kepada Allah SWT. dan hanya empat kata yang dapat aku ucapkan kepadanya. yaitu;
‘‘Silakan Temui Orang Tuaku...!!!’’
Ya Allah... Aku benar” speechless mendengarnya. Bayangkan saja, doa tiga menitku ternyata dikabulkan.
Tiga menit dalam Tiga tahun. Bukankah itu waktu yang lama...???
Tidak, itu bukan waktu yang lama, tetapi waktu yang tepat bagi-Nya untuk mempersatukan aku dengan lelaki yang kucintai dalam diam”.