Ahh, sudah lama tak bersua tuk sekedar merangkai huruf-huruf
ini menjadi tulisan seadanya..
Begitulah,, dulunya aku selalu membuat rencana bahwa aku
akan menulis minimal satu jam dalam sehari agar memiliki habits menulis.
Motivasinya karena katanya orang-orang hebat adalah mereka
yang meninggalkan buah pikiran berupa tulisan yang akan diwariskan pada
generasi selanjutnya..
Meski mereka sudah tiada, tapi tulisannya hidup sepanjang
masa,, indahnya…
Tapi, apalah daya?
Rencana tinggallah rencana, tulisan pun tak lagi tersusun
oleh jemari penuh makna.
Hanya bertahan seminggu saja, paling lama…
Apakah hanya itu saja? Ternyata lebih dari itu,
Lingkungan yang penuh tekanan sejak buaian membuatku selalu
merasa ingin terbang bebas dan mengkhayalkan banyak hal besar yang ku inginkan,
hingga sampai saat ini khayalan2 itu berevolusi menjadi impian-impian besar
yang ingin ku wujudkan.
Sejak saat itu pula, seolah akulah pemimpi paling handal,
perencana paling aktual.
Tapi,, setelah satu persatu ku jalani rencana-rencana itu,
aku seolah menjadi pecundang yang bebal.
Dari sekian hebatnya rencana dan mimpi yang ku tuliskan, tak
pernah ku tuai hasilnya.
Seolah memanen kegagalan disetiap hektar ladang impian.
Itu hal lain daripada sebuah impian menerbitkan banyak
tulisan.
Berkali-kali aku berpikir, apa sebenarnya yang membuatku
selalu gagal?
Mungkin karena aku butuh seorang yang membimbingku?
Atau karena lingkungan yang tak mendukung?
Bisa jadi karena aku terlalu malas dan tak konsisten?
Parahnya, aku pernah berpikir.. Apakah aku bukan tipe
Actioner?
Wkwk
Sampai-sampai, aku bosan dengan “usaha-usaha” yang
kulakukan.
(tanda kutip karena tak jelas usahanya apa?)
Bahkan, itulah yang selalu menjadi masalah terbesarku, juga alasan
paling klasikal untuk berubah menjadi lebih baik.
Namun, segala puji bagi Allah yang masih menghendaki “motivasi”
yang kuat untuk selalu mencari tau dan mencoba untuk berubah. (Ampuni yaa
Allah, masih gini2 aja)
Hingga sampai saat ini, aku kembali berpikir (setelah
berulang kali membuat kesimpulan) mungkin –dalam arti yang kuat– aku memang
malas, tak konsiten, dan terlalu “perfectionist” dalam membuat rencana..
Rencana itu memanglah penting, ia akan menilai seberapa kuat
pemahaman dan persiapan kita dalam mewujudkan segala sesuatu.
Namun, terlalu sibuk berencana akan membuat kita LUPA dengan
impian yang sebenarnya.
Sibuk berencana tanpa melakukan apa2 hanya akan membuat kita
semakin hebat dalam desain impian yang mungkin tak terpikirkan oleh banyak
orang, namun bermalas-malasan untuk merealisasikannya.
Salah satu anugerah sekaligus ujian yang Allah berikan
adalah aku seorang perencana yang baik dan terperinci, hingga segala sesuatu
yang aku harapkan haruslah SEMPURNA.
Hingga aku terlalu sibuk merincikan rencana dan lupa
merealisasikannya.
Kemudian aku belajar dari orang-orang yang memiliki impian
yang besar, namun sedikit demi sedikit aku melihat usaha real mereka dalam
mewujudkan impiannya..
Kecil memang, tapi jika ditelateni.. siapa sangka mereka kan
menjadi besar dengan impian mereka nantinya?
Aku pun mulai bermuhasabah dan intropeksi diri, mungkin
itulah yang belum ku lakukan.
Dan mungkin selama ini aku hanyalah seorang NATO (No Action
Talk Only)
Akhirnya, kesimpulan sementara dari perjuangan memperbaiki
diri ini adalah lakukan saja hal-hal sederhana namun penuh makna dengan
keistiqomahan menjalankannya.
Silahkan saja berencana, tapi buatlah rencana yang relevan
dan mungkin untuk kita jangkau dalam waktu dekat, bukan perencanaan sempurna
yang mengawang kemana-mana.
Untuk itu, lakukan saja hal-hal sederhana yang mampu
menuntun kita untuk mencapai impian-impian yang telah dituliskan, selagi sempat
hidup, selagi masih memiliki waktu luang.
Sekian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar